Blitar, SEJAHTERA.CO - Hidup di balik jeruji tak menjadi penghalang untuk berkreasi dan menghasilkan uang. Dengan keyakinan kuat, optimistis bakal mendapatkan keuntungan demi bekal ketika kembali ke masyarakat. Itulah yang kini dilakukan warga binaan atau WB di Lapas Kelas 2 B Blitar yang meluangkan waktu memproduksi opak atau kerupuk puli diekspor ke Hongkong.
Panas terik matahari menyengat bak berada di atas ubun-ubun. Jarum jam masih menunjuk ke angka 11. Suasana ruangan riuh dengan suara wajan dipadu dengan suthil. Aroma harum menusuk hidung hingga membangkitkan selera untuk mencicipi.
Sementara di halaman, sejumlah orang sibuk membolakbalikkan kerupuk dengan tangan dan tetap mengenakan masker serta penutup kepala. Mengenakan seragam ungu bak perawat dengan telaten menata kerupuk mentah.
Ya, itulah suasana WB yang tengah sibuk memproduksi opak atau kerupuk puli yang sudah akrab di lidah orang Jawa. Kerupuk yang terbuat dari beras itu merupakan hasil buah tangan para WB di lapas yang berada di timur Alun-alun Kota Blitar itu.
âIya beginilah cara membuatnya. Sebelum digoreng kerupuk dikeringkan dulu agar mekar ketika nantinya. Semuanya bisa kok membuatnya,â kata Markus Permadi.
Markus Permadi adalah satu di antara belasan WB yang menekuni usaha produksi opak puli. Dia bersama dengan WB lain kerap menghabiskan masa di dalam jeruji dengan membuat opak yang berwarna kuning cerah itu. Dirinya di kalangan WB yang memproduksi opak puli bisa disebut pentolan.
Melalui tangan dingin dan keahliannya dalam meramu bumbu, menjadikan opak pulinya harum dan nikmat sebagai pendamping makan atau sarapan pagi. âSaya kira semua orang bisa membuatnya. Beras dimasak jadi nasi. Habis itu ditumbuk, dibentuk, diiris dan dikeringkan. Selanjutnya siap untuk digoreng,â kata warga binaan yang terjerat kasus narkoba ini.
Di lapas dirinya bersama rekan-rekannya memproduksi opak puli dengan memanfaatkan ruang khusus. Ide untuk memproduksi berasal dari lapas dan diteruskan ke warga binaan. Tak disangka mendapat respons positif.