Ekonomi

Suparno, Perajin Bedug, Bangga Bisa Lestarikan Budaya, Jelang Ramadan Pesanan Melonjak

SANTOSO
  • Senin, 20 Maret 2023 | 08:23
Sejumlah pekerja Suparno ketika menggarap bedug pesanan. (aziz/memo). (Koran Memo)

Blitar, SEJAHTERA.CO - Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar memang gudangnya pengrajin. Selain dikenal sebagai penghasil kerajinan kendang Jimbe yang dikirim ke Bali, juga ada yang memproduksi bedug. Jelang Ramadan ini merupakan masa panennya. Berikut laporannya.

Menyebut nama Sentul memang identik dengan kerajinan. Di kelurahan yang tak jauh dengan Makam Bung Karno (MBK) ini jumlah warga yang menekuni kerajinan kendang Jimbe hampir 40 lebih.

Baca Juga: Harga Beras Medium di Pasar Tradisional Kabupaten Jombang Lebih Tinggi dari HET

Selain kendang Jimbe, ada pula yang memproduksi bedug yang kerap nongkrong di pintu masuk musala atau masjid. Salah satu perajin bedug adalah Suparno. "Iya alhamdulillah jelang Ramadan memang permintaan naik. Bukan hanya bedug tetapi juga rebana," katanya.

Pria berusia 52 tahun itu sudah menekuni produksi bedug sudah hampir 15   tahun. Produksi itu merupakan usaha turun temurun. Dirinya menekuni usaha bedug karena selain menjanjikan juga dalam rangka melestarikan kekayaan budaya.

Bangga bisa melestarikan kerajinan. Pasalnya bedug bagi wong Jawa utamanya muslim adalah ikon masjid atau musala. "Sejak zaman dahulu bedug selalu menghiasi masjid. Utamanya masjid yang usianya sudah tua," katanya.

Baca Juga: Dewan Tulungagung Soroti PKL di Utara Pasar Ngemplak

Keahlian membuat bedug merupakan turun temurun.  Dibutuhkan keahlian khusus dalam membuat. Karena jika tak biasa bakal kesulitan. Untuk membuat bedug hal yang paling menentukan adalah bahan baku kayunya.

Kayu yang kerap digunakan saat ini adalah mahoni dan nangka. Dua jenis kayu itu mudah mencari dan mudah penggarapannya. Utamanya untuk bedug ukuran sedang.  "Selain itu penggarapannya singkat," katanya.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya