Para anggota komunitas, menurut Yogi, datang dari berbagai latar belakang profesi. Ada guru, pegawai BUMN, pengusaha, hingga pelajar.
“Kami mulai berkumpul sejak 2015. Berawal dari teman-teman suka koleksi mobil mainan hasil berburu di toko modern, hingga hasil lelang di daerah lain,” bebernya.
Saat berkumpul, mereka tak hanya sekedar bertukar cerita soal mobil mainan mereka. Mereka juga mengenai kontes, kejuaraan maupun lelang yang bisa diikuti anggota komunitas.
Baca Juga: Perkantoran Terpadu dan RSUD Diminta Genjot Pelayanan, Pj Wali Kota Malang Lakukan Ini
Sebab, di Indonesia sendiri, pecinta mobil mainan diecast cukup banyak. Bahkan, di setiap kabupaten/kota ada cabang-cabang sendiri yang seringkali mengadakan lomba dan pameran.
“Anggota kami juga sering mengikuti kontes atau perlombaan,” jelas dia.
Selain unik untuk dipajang, mobil diecast juga bisa dijadikan investasi jangka panjang. Mobil dengan jenis langka dan jarang ada dipasaran disebut bisa memiliki nilai jual tinggi.
Baca Juga: Pensiunan Guru Sukses Usaha Sayur Hidroponik, Modal Rp 2,5 Juta, Satu Kali Panen Omzet Rp 1,5 Juta
“Menariknya mobil diecast selain untuk koleksi juga bisa buat investasi jangka panjang. Sebab, kalau dijual bisa melebihi harga barunya ketika harga pasar naik,” papar Yogi.
Sementara, satu mobil mainan koleksi Yogi harganya bervariatif, mulai yang paling murah Rp 75 ribu sampai Rp 2,5 juta untuk jenis miniscale.
