Internasional

Kinerja Manufaktur dan Inflasi Masih Stabil

SEJAHTERA
  • Jumat, 2 Desember 2022 | 00:00
Kinerja Manufaktur dan Inflasi Masih Stabil

Pekerja mengawasi industri untuk memenuhi kebutuhan pasar.(foto
kemenkeu.go.id)

Jakarta, sejahtera.co - Kinerja sektor manufaktur nasional masih terjaga dalam 15 bulan secara berturut-turut. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia terus ekspansif pada bulan November di level 50,3, meski melambat jika dibandingkan dengan bulan lalu yang mencapai 51,8.


Permintaan dalam negeri diindikasi masih cukup kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh stabilitas konsumsi
dalam negeri hingga saat ini. Pembukaan lapangan kerja juga masih ekspansif dan diharapkan dapat
konsisten. “Sektor manufaktur yang masih ekspansif hingga saat ini merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi dalam negeri di tengah kenaikan risiko dan ketidakpastian perekonomian global,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dilansir dari laman kemenkeu.go.id, Selasa (2/12).


Ekspansi manufaktur Indonesia terjadi di tengah pelemahan PMI manufaktur beberapa negara yang
bahkan mulai mengalami penurunan atau kontraksi seperti Vietnam 47,4 (Oktober 50,6) dan Jepang
49,0 (Oktober 50,7). Beberapa negara lain juga belum berhasil keluar dari zona kontraksi seperti
Myanmar 44,6 (Oktober 45,7) dan Malaysia 47,9 (Oktober 48,7). Secara keseluruhan, optimisme dunia usaha masih terjaga dengan terus stabilnya kondisi pandemi serta pemulihan permintaan yang terus menguat meskipun sebagian responden mulai mengantisipasi risiko gejolak ekonomi global.


Di sisi harga, pada November 2022 inflasi tahunan tercatat sebesar 5,42 persen (yoy), lebih rendah
dibandingkan Oktober yang mencapai 5,71 persen. Jika dibandingkan secara bulanan, inflasi November
meningkat tipis sebesar 0,09 persen.


“Melambatnya laju inflasi ini menunjukkan stabilitas harga domestik yang tetap dapat dijaga di tengah
tekanan inflasi global yang masih tinggi. Inflasi November lebih rendah dari prediksi yang kita hitung di
internal Kemenkeu. Ini merupakan hasil positif dari bauran kebijakan pengendalian inflasi, terutama
komponen inflasi pangan. Keberhasilan tersebut dicapai melalui koordinasi antar otoritas terkait dalam
upaya menjaga daya beli masyarakat yang perlu terus diperkuat untuk mendukung pemulihan ekonomi,”
ujar Febrio.


Dilihat dari komponen pembentuk inflasi, inflasi inti yang merupakan kontributor terbesar masih bergerak
stabil pada 3,3 persen (yoy). Angka ini mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat di tengah
tekanan kenaikan harga.


Tren stabil ini terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti sandang, perumahan, perlengkapan
rumah tangga, informasi dan komunikasi, yang juga mengindikasikan stabilnya inflasi jasa. Sementara, inflasi pangan bergejolak (volatile food) menurun cukup dalam menjadi 5,7 persen (yoy) dari
yang sebelumnya 7,20 persen pada bulan oktober. Penurunan ini didukung oleh deflasi harga aneka
cabai. Di sisi lain, harga beras masih melanjutkan tren naik meskipun dengan kenaikan yang mulai
melandai.


“Sebagai respons terhadap tren kenaikan harga beras, Pemerintah melalui Bulog telah memasok beras
di pasar lebih banyak di tengah kendala stok karena produksi beras nasional yang menurun. Penguatan
stok nasional terus dilakukan melalui koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) - Tim Pengendali
Inflasi Daerah (TPID), yaitu dengan menghimpun produksi dari daerah-daerah sentra,” tambah Febrio.
Selain beras juga terjadi kenaikan harga tahu-tempe seiring dengan naiknya harga kedelai global dan
menipisnya stok dalam negeri. Pemerintah telah melaksanakan impor kedelai untuk menjaga stabilisasi
supply domestik. Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momen
Natal dan Tahun Baru (Nataru), untuk memastikan inflasi semakin terkendali.


Inflasi harga diatur pemerintah (administered price) mengalami penurunan minor menjadi 13,0 persen
(yoy) dari sebelumnya 13,28 persen yoy didorong oleh normalisasi tarif angkutan udara. Ke depan,
Pemerintah terus berupaya menjaga daya beli masyarakat, dengan mengoptimalkan alokasi APBN dan
APBD. “Penyaluran Belanja Wajib Perlindungan Sosial dan Belanja Tidak Terduga (BTT) terus dipercepat untuk mendukung terkendalinya inflasi daerah. Pemerintah Pusat dan Daerah terus memonitor harga dan stok pangan, serta ketersediaan armada penerbangan dalam mempersiapkan momen Natal dan Tahun Baru sebagai antisipasi tekanan inflasi menjelang akhir tahun”, tutup Febrio. (BKF/nug/hpy)

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya