Blitar, SEJAHTERA.CO - Gelaran akbar pentas drama kolosal (drakol) berlangsung heroik, Selasa malam (14/2). Penonton bak dibawa suasana peperangan pada 14 Februari 1945 lalu.
Ya, setiap tahun Pemkot Blitar menggelar pentas drakol yang menggambarkan Sudhanco Supriyadi dan rekan-rekannya memberontak penjajah Jepang. Lokasinya di Monumen Pembela Tanah Air (PETA) di kompleks asrama tentara yang digunakan untuk gedung sekolah. Agenda tahunan itu sudah menjadi kalender wisata Kota Blitar.
Baca Juga : Berkah Melimpah Embung Banyu Lumut Trenggalek, Sumber Penghidupan dan Penggerak Roda Perekonomian Warga
Wali Kota Blitar Santoso mengatakan pihaknya komitmen untuk terus menggelar drakol pemberontakan PETA. Bahkan setiap tahun konsepnya berbeda. Tetapi makna dan tujuannya sama. Yakni memberikan gambaran Kota Blitar ada peristiwa besar pada 14 Februari 1945 lalu.
Tentara PETA memberontak kepada Jepang yang dinilai menindas dan menyengsarakan rakyat. “Biar semua tahu Kota Blitar juga ada peristiwa sejarah besar yang patut untuk diketahui. Kota Blitar ikut serta dalam menjadikan Indonesia merdeka,” kata Santoso.
Baca Juga :Persik Kediri 1 Vs 1 Bali United, Hilang Fokus di Menit Akhir
Santoso berharap dengan pentas drakol, setidaknya bisa membangkitkan patriotisme dan nasionalisme. Utamanya kepada para pelajar. Maka dari itu setiap 14 Februari, Kota Blitar menggaungkan sebagai Hari Cinta Tanah Air.
Karena pada hari itu ada peristiwa sejarah besar di Kota Blitar. “Maka dari itu pemeran drama adalah para pelajar, aparatur sipil negara dan pejabat. Biar patriotisme tetap tertanam,” katanya.
Baca Juga :Laporan Aset Diduga Molor, Proyek Gedung Arpus Disinyalir Penuh Rekayasa