Ekonomi

Kakek di Jombang Bertahan Jualan VCD dan DVD di Tengah Gempuran Digital

SEJAHTERA
  • Senin, 3 Oktober 2022 | 00:00

“Sejak itu saya rasakan penurunan. Orang-orang berganti memakai flashdisk, kadang memori ke MP 3 gitu. Tapi waktu tahun itu, kaset masih lumayan laku. Tapi setelah lima tahun kemudian, rasanya seminggu sekali ada pembeli,” tambahnya sembari sesekali membersihkan debu di plastik sampul kaset.

Kendati begitu, bapak tiga anak ini tak patah semangat. Ia tetap sabar dalam menjalani usahnya di tengah era digital. Pria renta ini mengaku terpaksa bertahan dengan usahanya, lantaran sudah kebingungan untuk mencari pekerjaan lain dan faktor usia yang disadarinya.

“Saya sudah senang kerja seperti ini, karena menikmati banyak kenangan juga dari nyetel lagu-lagu lawas nostalgia. Mau kerja apa lagi, bingung juga. Usia sudah tua dan punya penyakit segala macam, tidak bisa terlalu kecapekan,” ungkap Niman.

Di gerobak jualannya, Niman memiliki ratusan kaset dengan berbagai macam koleksi lagu dan film. Mulai dari  lagu tahun 80 hingga yang modern sekarang, juga mulai dari film anak-anak hingga komedian.

Namun jumlah kasetnya dirasa sulit berkurang, hingga omzet penjualannya merosot tajam. Dari normal biasanya setiap hari membawa pulang uang Rp 50 ribu rupiah, kian menurun jadi Rp 20 ribu bahkan seringkali tak bawa uang sama sekali.

“Sulit sekarang. Makanya mumpung masih muda belajar yang baik sampai punya pekerjaan yang nyaman. Kalau dulu saya sering bawa uang dari hasil jualan untuk anak di rumah, sekarang sudah jarang,” tutur Niman.

Disinggung apakah pernah mendapat bantuan dari pemerintah, Niman hanya mengaku sempat dapat meski cuma sekali. Batuan sosial yang dimaksud datang berupa kebutuhan pokok.

“Pernah sekali, bansos pas pandemi kemarin. Tapi harapannya semoga dapat lagi, bantuan apapun akan kami terima untuk menutupi kekurangan keluarga. Namun sampai saat ini belum ada kabar ada bantuan lagi,” katanya.

Usianya yang tak lagi muda memaksa pria 60 tahun itu menekuni pekerjaan ini. Dia tetap bertahan sampai tidak bisa berjualan lagi.

“Jadi yang sabar saja, kalau ditanya mengapa tetap bertahan, jawabannya cuma berusaha menyambung hidup keluarga sampai hari tua. Mungkin kalau anak-anak gak mau meneruskan lagi, tapi jualan begini banyak kenangannya meskipun sulit lakunya. Jadi tetap berdoa dan usaha saja,” pungkasnya.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya