INSPIRASI

Lukisan Berkelas dari Olahan Limbah Kertas

SEJAHTERA
  • Kamis, 2 Februari 2023 | 00:00
Sejumlah lukisan karya dari Teguh Tetris. (tim/memo)


Jombang, SEJAHTERA.CO - Sejumlah lukisan tertata rapi di ruangan berukuran sekitar 2 meter x 3 meter. Karya tersebut tampak berkelas dan masing-masing menampilkan karakter unik.

Di ruangan itu nampak ada lukisan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asy’ari, lukisan KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan Ibu Shinta Nuriyah dalam 1 bingkai, serta lukisan tokoh dalam cerita pewayangan.

Lukisan lain yang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita legenda, maupun panorama alam, juga tampak menempel di dinding ruangan. Belasan karya lukis tersebut merupakan karya dari Teguh Tetris (43), pelukis yang tinggal di Desa Mojongapit Kecamatan/Kabupaten Jombang.

Siapa sangka, diantara lukisan-lukisan di ruangan yang menjadi bagian dari rumah pelukis tersebut, dihasilkan dari pemanfaatan dan pengolahan limbah kertas.

Lukisan yang dihasilkan dari pemanfaatan dan pengolahan limbah kertas, antara lain lukisan tokoh pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari, lukisan Gus Dur dan istrinya, serta lukisan tokoh dalam cerita Wayang Topeng Jatiduwur.

Tetris menuturkan, proses melukis dengan memanfaatkan bahan dari olahan limbah kertas, diawali dengan penghancuran kertas, diberi air, lalu diolah menjadi bubur kertas. Dengan tambahan lem secukupnya, bubur kertas tersebut kemudian ditempelkan ke kanvas sesuai dengan sketsa yang telah ditorehkan pada kanvas.

"Bubur kertas menjadi dasar lukisan, ditempel sesuai dengan sketsa. Sketsanya dibuat dulu, baru ditempeli bubur kertas," Katanya disela-sela melukis, Kamis (2/2).

Dia menjelaskan, untuk menghasilkan karya berkualitas, diperlukan perpaduan bahan yang saling mendukung atau tidak saling bertentangan. Penyempurnaan lukisan dengan pemberian warna juga memerlukan waktu karena harus menunggu keringnya bubur kertas yang telah ditempel di kanvas.

"Untuk pemberian warna, saya menggunakan cat akrilik. Melukisnya memang perlu waktu, harus nunggu kering dulu, baru diberi warna," jelasnya.

Lanjut Tetris menceritakan, bakatnya sebagai pelukis terasah sejak kecil. Tamatan SMA itu tak memiliki kesempatan untuk belajar di Perguruan Tinggi karena kondisi ekonomi yang tidak terlalu mendukung. 

Berbekal bakat alami, Tetris belajar melukis secara otodidak. Dia sempat mengabaikan bakatnya dengan bekerja sebagai sales sebuah dealer motor. Pada 1997, Tetris memutuskan menggeluti profesi sebagai pelukis. Kala itu, bapak 2 anak tersebut melukis diatas kanvas dengan pensil maupun cat.

Berawal dari pengamatannya terhadap banyaknya kertas bekas buku pelajaran sekolah yang kala itu hanya bisa dibakar atau dibuang sia-sia, terbesit dalam pikiran Tetris untuk memanfaatkannya sebagai bagian dari bahan melukis.

Percobaan demi percobaan dia lakukan, hingga akhirnya Tetris yakin jika limbah kertas yang telah diolah bisa menghasilkan karya lukis yang unik dan berkualitas. Sejak 1998, Tetris mulai serius memanfaatkan limbah kertas untuk melukis.

Setelah memastikan karyanya layak dikonsumsi publik, dia pun mulai berani memamerkan karyanya di beberapa tempat maupun event.

"Mulai melukis sejak tahun 1997, kalau melukis dari bubur kertas sejak 1998. Ide awalnya karena melihat banyaknya bekas buku pelajaran, pikirnya waktu itu eman-eman (sayang) kalau hanya dibakar atau dijual kiloan," paparnya.

Melukis dengan memanfaatkan limbah kertas masih dijalani Tetris hingga saat ini. Meski demikian, dirinya tidak menutup permintaan melukis dengan pensil ataupun cat.

Diakui Tetris, pesanan lukisan dari limbah kertas memang tidak cukup banyak jika dibandingkan dengan permintaan melukis dengan pensil maupun cat.

"Setiap bulan ada 2 sampai 3 pesanan lukisan dari limbah kertas. Peminatnya memang gak banyak, tetapi setiap bulan ada (pesanan)," beber Tetris.

Dia mengungkapkan, untuk lukisan dari limbah kertas, dia memberlakukan tarif bervariasi. Untuk satu bingkai lukisan dengan ukuran 40 sentimeter X 60 sentimeter, biasanya dijual dengan harga Rp 800.000 hingga Rp. 1 juta.

Variasi harga, lanjut Tetris, juga tergantung pada tingkat kerumitan lukisan maupun tingkat kesulitan dalam melukis. Dia menambahkan, pendapatannya sebagai pelukis mengalami penurunan drastis sejak dunia dilanda Pandemi Covid-19.

"Pendapatan saat ini rata-rata 5 juta perbulan. Sedangkan sebelumnya, pendapatan saya itu perbulannya bisa mencapai 25 juta. Tapi sudah bersyukur masih bertahan dan terus berjalan dengan lancar," pungkas Tetris. (st2/ag)


Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya