Citizen Journalist

Suparno, Pengrajin Beduk-Rebana Asal Sentul, 20 Tahun Menggeluti Usahanya, Ramadan Order Melesat

SANTOSO
  • Senin, 25 Maret 2024 | 20:51
Suparno dengan beduk dan rebana hasil produksinya. (Aziz/SEJAHTERA.CO)

Baca Juga: Penutupan Tinggal Sepekan, Puluhan Pejabat Belum LHKPN, Ini Penjelasan BKPSDM Ponorogo

Beduk mahal karena bahannya juga sulit dicari. Begitu juga dengan kulitnya, harus dari kulit sapi kering. "Untuk bahan utama dari kayu mahoni. Kulitnya dari kulit sapi.  Paling cepat pengerjaan seminggu untuk 1 unit beduk. Dengan syarat pekerjanya banyak karena harus telaten,"; katanya. 

Untuk membuat beduk tahap awal memilih bahan kayu dari Mahoni. Selanjutnya dilubangi dan dipoles minyak agar tahan lama. Selanjutnya usai kering dibalut ujungnya menggunakan kulit sapi. Tahap itu harus hati-hati karena jika sembrono bakal sobek.

Baca Juga: BLT Buruh Rokok, Tiga Bulan Cair Rp 0,5 M, Ini Kata Dinsos Kota Blitar

"Makanya kulit sapi juga harus bagus. Itu yang membuat pengerjaan lama," katanya. Usai dikeringkan beduk pun siap dikirim.

 Selama ini, untuk bahan baku juga tak ada kendala. Pasalnya kayu mahoni mudah ditemukan di Blitar. Para pemesan beduk rata-rata berasal dari Jawa Timur. Sementara rebana sampai Kalimantan hingga Sumatera.

Baca Juga: Tim U 20 Indonesia Berhasil Menahan Imbang Tim Tiongkok, Indra Sjafri dan Arhan Kaka Sama-sama Belum Puas

"Ada juga dari Sulawesi. Alhamdulillah meningkat," kata suami dari Ely Idayah Vitnawati ini.

Reporter : Abdul Aziz Wahyudi

Editor : Gimo Hadiwibowo

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya