“Ikan hias saya sudah dipasarkan di lokal pulau Jawa maupun ekspor. Untuk ekspor sudah pernah masuk ke Australia, Jepang, dan Inggris. Saat ini kami mencoba masuk ke Kanada dan Afrika,” jelasnya.
Baca Juga: BNNK Tulungagung Rehabilitasi 50 Pecandu Narkoba
Meski sudah menuai hasil, bukan berarti usahanya itu selalu berjalan lancar, tapi selalu ada tantangan dalam dunia usaha. Baginya sebagai pembudidaya ikan hias, tantangan akan semakin terasa saat memasuki musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau akhir-akhir ini.
Pada musim pancaroba, ikan hias yang dibudidaya itu rawan terserang penyakit merugikan. Ini membuatnya mau tidak mau harus memutar otak agar ikan-ikan hasil budidaya sehat dan tidak terserang penyakit parah.
“Karena belum ada obat, jadi kami pakai metode mengurangi air di kolam dan porsi makan ikannya juga dikurangi,” ujarnya.
Baca Juga: Bobol Kafe untuk Bayar Sewa Kos, Penjual Alat Konstruksi Bangunan Asal Jombang Ditangkap
Meski begitu menurut Minto, membudidayakan ikan mas koki tergolong mudah apabila dibandingkan dengan ikan koi dalam hal perawatan dan ketahanan terhadap suhu.
Selain itu ikan mas koki dengan usia dua bulan saja sudah bisa dijual dengan harga Rp 1.500 perekor.
Namun apabila pembeli menginginkan ikan dengan kualitas premium dengan tujuan untuk ikut kontes, tentu perlakuannya juga berbeda. Pembudidaya harus memperhatikan pola makan dan gizi yang bagus. Dengan begitu, bibit ikan yang dihasilkan memiliki kualitas premium dan siap untuk dikembangkan.
Baca Juga: Motif Duel Saudara Kandung Warga Desa Kedawung Blitar, Adik Tak Terima Dituduh Santet