Internasional

BPBD Trenggalek Mitigasi Potensi Dampak Bencana Hidrometeorologi

SEJAHTERA
  • Rabu, 7 September 2022 | 00:00

Trenggalek, sejahtera.co - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek lakukan mitigasi potensi dampak bencana hidrometeorologi untuk mengurangi tingkat fatalitas korban akibat fenomena alam itu. 

Pasalnya Trenggalek menjadi salah satu daerah yang berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi seperti potensi banjir dengan berbagai tingkatan, tanah longsor dan angin kencang penyebab terjadinya pohon tumbang yang berpotensi terjadi di beberapa daerah wilayah Jawa Timur pada 6 sampai 10 September.

“Merujuk siaran pers Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo ada 19 daerah di Jawa Timur yang diprakirakan masih berpotensi hujan, salah satunya di Trenggalek. Saat ini wilayah Jawa Timur berada pada musim kemarau. Akan tetapi wilayah Jawa Timur secara umum masih berpotensi hujan dengan intensitas bervariatif. Dari ringan, sedang, bahkan hingga lebat disertai petir,” kata Sekretaris BPBD Trenggalek, Tri Puspita Sari.

Pihaknya, kata Pipit telah mengambil langkah antisipasi. Diantaranya membentuk Desa Tangguh Bencana (Desatana) sebagai upaya edukasi kepada masyarakat tentang langkah yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, termasuk dibuatkan jalur evakuasi masyarakat. Sebab potensi bencana alam utamanya longsor dan banjir di Bumi Menak Sopal cukup tinggi. Kondisi itu berkaca pada kondisi geografis wilayah.

“Selain itu kita sudah menyiapkan surat status siaga hidrometeorologi. Kemudian kita koordinasi dengan tim reaksi cepat di wilayah kecamatan hingga membentuk Desatana dan PENA atau Sekolah Peduli Bencana. BPBD Trenggalek juga minta bantuan sarana dan prasarana hidrometeorologi ke BPBD Provinsi,” imbuhnya.

Dalam dokumen rancangan penanggulangan bencana alam, ada beberapa daerah dari 152 desa dan lima kelurahan berisiko tinggi terhadap ancaman bencana tanah longsor dan banjir. Rinciannya ada sebanyak 44 desa potensi longsor dengan tingkat ancaman tinggi dan 55 desa potensi banjir dengan ancaman tinggi. Untuk ancaman potensi bencana longsor, Kecamatan Pule mendominasi dengan jumlah sebanyak sepuluh desa.

“Karena kecamatan itu berada di dataran tinggi jadi potensi terjadinya tanah longsor saat diguyur hujan deras juga sebanding. Kemudian disusul Kecamatan Bendungan sebanyak delapan desa. Kecamatan Panggul ada lima desa, kalau yang lainnya antara dua sampai tiga desa,” jelasnya.

Sementara dalam pemetaan potensi bencana banjir, Kecamatan Gandusari dan Panggul mendominasi dengan jumlah sembilan desa. Desa Ngrayung di Kecamatan Gandusari misalnya. Daerah itu kerap menjadi langganan banjir saat diguyur hujan cukup lama. Bahkan pasar tradisional setempat kerap tak difungsikan karena terendam air saat terjadi banjir.

“Untuk itu masyarakat dihimbau untuk waspada dampak bencana hidrometeorologi seperti potensi banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin,” pungkasnya.(koranmemo.com)

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya