Menurutnya, anjing tersebut juga diterjunkan seperti ada aksi demo bilamana ada massa melawan kepada petugas. Anjing itu nantinya akan diterjunkan untuk mengurai agar massa bisa mundur ataupun bubar.
“Jadi masyarakat tidak perlu takut kehadiran K9 seperti anjing khusus pendeteksian karena tidak galak,” tuturnya.
Sementara Boaz menyebutkan, selain modal berani dan suka anjing, dirinya dan Lambang harus menempuh pendidikan kejuruan di bidang K9 yang pusatnya Polsatwa Mabes Polri Depok Jawa Barat.
Setiap anjing memiliki spesialisasi, ada K9 sebagai pawang anjing pelacak umum, ada juga pendeteksi narkoba maupun bahan peledak (Handak). Dalam pendidikannya, dia dituntut untuk mampu mengenal semua karakter anjing maupun yang disukainya.
“Melatih anjing sebetulnya di bilang sulit atau tidak kita lihat karakter anjing seperti anjing polri belinya ada Jerman dan Belanda,” bebernya.
Boaz mengaku, anjing bisa jadi mempunyai traumanya yang muncul dan bisa mengigit ketika latihan. Namun itu masih bisa dimaklumi karena bisa terjadi tanpa disengaja.
Selain itu, ada suka duka dalam menjadi pawang yang pertama senang melihat anjing tersebut ketika bermain dan membawanya untuk kegiatan patroli-patroli di tempat keramaian seperti perbankan hingga pabrik.
“Kalau digigit itu tentu menjadi risiko bagi kami. Bisa jadi anjing itu mengalami trauma ataupun lainnya, tetapi kami juga harus memahami karakter anjing,” tambah polisi berusia 25 tahun itu.
Dalam pengalamannya, lanjut, Boaz, anjing pelacak handak bernama Hugo pernah diberangkatkan ke Mabes Polri dalam pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November tahun 2022 lalu.