Dari sistem IT itu juga bermaksud memotivasi para pemuda yang masih menilai banyak beban, ketika berprofesi petani. Dan ia juga menyebutkan, cuan yang didapat cukup lumayan dari bertani secara modern tersebut.
"Saya rasa anak muda belajar dan berusaha di bidang pertanian itu sangat jarang sekarang. Makanya saya memperkenalkan bagaimana bertani dengan tidak terlalu mengeluarkan beban tenaga, serta juga menghilangkan gengsi anak muda saat berprofesi sebagai petani. Ingat, meski tidak berseragam, cuan yang kami dapatkan juga cukup lumayan," katanya.
Baca Juga: Pekerja Serabutan di Nganjuk Ditangkap Polisi, ini Kasusnya
Teknis promosi bibit buahnya, bermula dari mulut ke mulut hingga memanfaatkan adanya media sosial. Pengirimannya juga kini tak sekadar warga lokal Jombang saja, melainkan disebutkan sudah meluas hingga luar jawa seperti Sumatera dan Nusa Tenggara.
"Sementara ini sudah satu Indonesia lah, kemarin yang terakhir itu ngirim ke Pulau Ende, itu dari Nusa Tenggara. Rata-rata kita jual dari angka 50 ribu hingga satu setengah juta, jadi melihat ukuran ketinggian bibit," paparnya.
"Kalau keunggulan lain dari menggunakan IT ini ya, bibit lebih segar, tidak terlalu mengeluarkan banyak uang untuk perawatan, lebih efisien lah intinya dibandingkan dilakukan secara manual. Untuk keuntungan yang didapat setiap bulannya, kira-kira 10 hingga Rp20 juta, tapi itu kotornya ya," pungkasnya. (ag)
