Kekhawatiran itu jadi kenyataan. Sekitar pukul 22.30 WIB, tanpa diduga, tanah tebing sekitar 20 meter di belakang rumah mereka mulai longsor, menimbun apa pun yang ada di dekatnya.
Dalam sekejap, rumah Sarjuni terguncang oleh aliran lumpur dan batu yang bergerak cepat, mengancam untuk mengubur semuanya di bawah reruntuhan.
Dalam kepanikan dan ketakutan, Sarjuni segera berteriak dan lari bersama keluarganya, menyelamatkan diri dari reruntuhan material. Hujan deras membuat jalanan licin dan sulit dilewati, namun mereka tidak menghiraukan.
Mereka terus melangkah dengan gemetar dalam kegelapan malam, di bawah sorotan petir yang menyala-nyala di langit untuk berjuang bertahan hidup.
“Sekitar pukul 22.00 WIB lebih terdengar suara gemuruh dari belakang rumah. Kami langsung berupaya menyelamatkan diri,” ujarnya.
Baca Juga: Pilkada Kota Batu, KPU: Calon Independen Harus Didukung 16.452 Orang
Meskipun rumah mereka hancur dan harta benda lenyap dalam kilatan petir, Sarjuni dan keluarganya selamat dari bencana yang hampir merenggut nyawa mereka.
Selain rumah Sarjuni, bencana longsor yang terjadi beberapa hari lalu itu juga merusak rumah di sekitarnya yaitu rumah Nurudin dan Nurpanto, anak dan cucu Sarjuni.
“Rumah pada bagian dapur dan kamar rusak, jebol terkena longsor. Ketinggian material kurang lebih sekitar 1 meteran,” jelasnya.