Hingga akhirnya sekitar Oktober resmi memproduksi dengan pendampingan dari pihak lapas. Awalnya opak puli hanya untuk konsumsi sendiri di kalangan lapas. Tetapi lama kelamaan mendapatkan tawaran untuk dijual ke luar lapas.
Puncaknya menggandeng sejumlah pihak dan makanan pelengkap itu dipasarkan ke Hongkong dengan pangsa pasar para tenaga atau pekerja migran Indonesia alias PMI. âSejak saat itu kami menjadi semangat untuk memproduksi,â kata pria yang tinggal di Selopuro, Kabupaten Blitar ini.
Dia mengatakan bangga bisa memproduksi. Pasalnya tak pernah menyangka bisa tembus luar negeri. Tetapi yang lebih bangga lagi, bisa mendapatkan bekal untuk buka usaha ketika menghirup udara bebas kelak.
Dirinya pun bertekad bakal buka usaha dan kembali ke jalan yang benar. Bekal selama di lapas bakal diaplikasikan di lingkungan kelak. âMudah-mudahan bisa dan terimakasih sudah memberi bekal,â katanya.
Ekspor perdana beberapa waktu lalu disaksikan Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jawa Timur, Imam Jauhari. Dirinya berharap usaha opak puli bisa berkelanjutan karena bisa bekal warga binaan ketika bebas. âSalut untuk Lapas Blitar yang sudah ekspor perdana. Mudah-mudahan berlanjut,â katanya.
Pada ekspor perdana memang hanya 20 dus, 1 dus 35 pcs opak puli. Itu karena keterbatasan tenaga. Ketika dijual di luar, para WB tetap mendapatkan upah produksi. Artinya mendapatkan premi yang nantinya diberikan ketika keluar bebas dari lapas.
Upah itu akan ditabung dan setidaknya bisa menjadi modal buka usaha produksi opak puli. Selain opak puli, ada pula produksi tempe dan sambal pecel. (Abdul Aziz Wahyudi-Blitar)Â