Ekonomi

Rumah Kinasih Blitar, Tempat Kreasi Penyandang Cacat, Sajadah dan Mukena Pernah Dipesan Mensos

SANTOSO
  • Rabu, 17 Mei 2023 | 21:23
Salah satu difabel atau penyandang disablitas ketika mengerjakan sajadah. (Ist) (koran memo)

Caranya bahan malam dicipratkan dengan sendok, sapu lidi atau lainnya. Sehingga warna dan corak beda dengan batik pada umumnya. “Batik menggunakan kain batik ciprat buatan para difabel. Penjahitnya juga dilakukan oleh teman-teman tunarungu dan tunawicara,” katanya.

Untuk batik ciprat berasal dari buah karya para disabilitas di Kesamben. Sementara pembuatan sajadah berada di Sutojayan. Karena rumah Kinasih selain di Sutojayan ada pula di Kesamben. “Hanya saja untuk produksi sajadah ada di kami (Sutojayan,red),” katanya.

Proses pengerjaan sajadah murni para penyandang disabilitas. Untuk bisa semahir ini mereka mendapat bekal pelajaran dari instruktur.

Baca Juga: Jelang Porprov Jatim, Sepakbola Putri Kota Kediri Pertajam Taktik

Ramadan lalu menjadi bulan paling sibuk. Ada sedikitnya 50 picis sajadah yang harus diselesaikan. Pemesannya dari kementerian sosial atau kemensos. Selain pesanan, juga dipasarkan ke kalangan umum. Salah satunya ke pasar dalam jaringan (daring) atau online di marketplace. Untuk harga 1 sajadah Rp 90 ribu.

Bagi Yayasan Kinasih, bukan hanya mengejar materi semata. Tetapi yang lebih penting adalah memberdayakan kreativitas. Pasalnya banyak yang menganggap tak mampu berkarya.
Nah, hasil penjualan semuanya untuk para difabel. Harapannya ketika sudah mendapat bekal ilmu, nantinya bisa berkarya di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga: Tak Patuhi Klausul, Enam Jukir di Berhentikan

“Intinya untuk menambah penghasilan mengangkat derajat ekonomi para penyandang disabilitas,” pungkasnya.

Selain sajadah, para penyandang disabilitas juga berkreasi produk lain. Seperti kopiah dan mukena.(ziz)

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya