Untuk merealisasikan tujuannya itu, dirinya menggandeng Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri. Dengan penyuluhan dan mencontohkan penerapan yang benar, diharapkan bisa menghasilkan produk ikan koi yang optimal.
“Sehingga Kota Kediri bisa menjadi salah satu sentra ikan koi, karena kelurahan Gayam ini memiliki potensi yang sangat besar,†ungkapnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kolamnya itu, masalah yang dihadapi ini sebenarnya ada pada perawatan dan standar kolam. Dalam budidaya ikan koi diperlukan kedalaman kolam minimal 1 meter. Ini bertujuan untuk menjaga suhu dan memberikan tempat yang nyaman untuk pertumbuhan koi.
Kebanyakan pembudidaya di daerah tersebut, masih belum menerapkan hal tersebut. Padahal kedalaman air ini juga berfungsi untuk menjaga ikan koi tidak gampang sakit, terutama saat peralihan musim.
Selama ini, perpindahan musim menjadi waktu-waktu yang rawan akan kematian ikan koi. Tidak tanggung-tanggung, berdasarkan pengalaman warga ada yang mengalami lebih dari 50 persen ikannya mati pada waktu tersebut.
Selain itu dirinya juga menemukan adanya penanganan yang kurang sesuai dengan pertumbuhan ikan, yaitu kapasitas ikan dalam satu kolam dan proses seleksi.
Dalam budidaya ikan kapasitas kolam dan banyaknya ikan perlu disesuaikan. Kolam berukuran 20 meter persegi dengan kedalaman 1 meter digunakan untuk membesarkan 200 ikan.
Sejalan dengan itu seleksi dalam jangka waktu tertentu perlu dilakukan untuk mengurangi kepadatan kolam. Keterlambatan melakukan seleksi akan berdampak pada tidak efektifnya pemberian pakan.
“Karena secara alami mungkin hanya sekitar 10-20 persen ikan koi yang memiliki kualitas baik dari satu kali hasil perkawinan,†ujarnya.
Lebih lanjut, di samping perawatan ikan koi dia juga mendorong adanya pembentukan perkumpulan yang diberi nama Pokdakan Sumber Ngembak Kelurahan Gayam. Sebanyak 20 orang sudah tergabung dalam kelompok ini.
