Karena di sisi lain fogging itu juga menimbulkan dampak polusi udara dan pencemaran lingkungan dari obat yang digunakan. “Selain itu fogging hanya bisa membunuh nyamuk-nyamuk dewasa saja,” ujarnya.
Untuk memaksimalkan penanggulangan itu, pihaknya mengajak warga untuk menggalakkan gerakan 3 M plus. Gerakan 3 M plus itu dinilai efektif untuk memberantas persebaran nyamuk demam berdarah hingga ke jentik-jentiknya. Apalagi disaat kondisi cuaca yang tidak menentu seperti saat ini.
Baca Juga: Upacara Harkopnas-76, Pemerintah Kota Kediri Dukung Kesejahteraan Masyarakat Lewat Koperasi
“Seperti misalnya menguras bak mandi minimal seminggu sekali. Kenapa ? Karena siklus hidup 10 hari sampai tiga minggu, ketika lebih dari itu nyamuk sudah dewasa. Bisa juga pakai abate untuk tempat yang tidak memungkinkan untuk dikuras dan lain sebagainya. 3 M plus efektif memberantas,” jelasnya.
Pihaknya juga mengedukasi perihal penanganan yang dapat dilakukan dengan kondisi tertentu untuk penyembuhan jika terjangkit DBD. Seperti misalnya dengan memperbanyak minum dan diberikan obat penurun panas. Namun jika kondisinya cenderung memburuk, pihaknya meminta agar segera dibawa ke rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat.
Baca Juga: Gelar Upacara Pembukaan TMMD ke-117, Pemkot Kediri dan Kodim 0809 Sinergi Membangun Daerah
“Inkubasi empat sampai 14 hari. Beberapa gejala diantaranya adalah panas antara empat sampai tujuh hari. Ada siklus pelana kuda, jika cenderung memburuk segera ke rumah sakit agar segera tertangani,” kata dia.
Diluar itu, pihaknya menekankan pentingnya gerakan 3M plus untuk menjaga kebersihan lingkungan. Pasalnya kasus DBD hingga menyebabkan kematian bukan pertama kalinya terjadi.
Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Unipdu Jombang Ikuti Pembekalan Tematik
Pada 2022 lalu ada 268 kasus DBD dengan jumlah kematian dua orang. Selain itu, merujuk siklus tahunan, kasus DBD meningkat di akhir tahun pada kisaran November – Desember dan bertahan pada fase Januari sampai Februari.
