Teknologi

Kelompok Tani Muda di Desa Tunggangri Tulungagung Perlahan Tinggalkan Pupuk Kimia

SEJAHTERA
  • Rabu, 15 Februari 2023 | 21:20
Solikin Alhuda saat menunjukkan hasil bibit bawang merah yang dia buat menggunakan pupuk organik (isal/memo) (Koran Memo)

Padahal dulunya para petani di wilayahnya 100 persen menggunakan pupuk dan pestisida kimia selama masa tanam.

“Dulu penggunaan pupuk maupun pestisida berbahan kimia cukup tinggi, di saat itu lambat laun kami sadar jika penggunaan bahan kimia menyebabkan peningkatan resistensi organisme pengganggu tumbuhan (OPT),” kata Penanggung jawab Kelompok Tani Muda Bangunsari, Solikin Alhuda, Rabu (15/2).

Baca Juga: Reka Ulang Kasus Pembunuhan di Tulungagung, Korban Tewas Pada Adegan ke-50 sampai 60  

Mengalami kondisi tersebut, jelas Huda, kelompoknya lantas mencoba mencari solusi atas permasalahan itu.

Terlebih lagi, tanaman jenis hortikultura yang ditanam juga sangat rentan diserang berbagai hama.

Dikarenakan pada kelompoknya diisi mayoritas oleh pemuda yang mana dulunya juga mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI), mereka lantas berani mencoba berbagai hal termasuk penggunaan pupuk maupun pestisida organik untuk tanamannya.

Disaat itu mereka mulai banyak mencari referensi pembuatan pupuk maupun pestisida organik melalui media sosial hingga meminta saran kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang disediakam oleh Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Tulungagung.

Baca Juga :Pengendara Diminta Cari Jalur Alternatif Lain

Disitulah akhirnya muncul gagasan untuk membuat sebuah Agensia Hayati yang mana itu merupakan berbagai jenis pestisida organik yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. 

“Agensia Hayati itu merupakan pestisida organik yang bekerja sebagai penyakitnya hama dengan menggunakan bahan organik seperti gula pasir, kentang dan Isolat dan udang sebagai bakterinya dan diolah dengan cara fermentasi,” jelasnya.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya