Langkah itu menjadi kunci ampuh untuk memutus perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang dikenal sebagai pembawa virus dengue masuk ke tubuh manusia.
“Seperti misalnya 3 M. Menguras bak mandi minimal seminggu sekali, menutup bak air dan mengubur tempat yang berpotensi jadi sarang nyamuk. Kemudian abatisasi di tempat yang tidak mungkin dikuras, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Semoga langkah-langkah itu dapat mencegah kasus hingga kematian,” imbuhnya.
Langkah pencegahan secara masif itu dilakukan agar kasus DBD di Bumi Menak Sopal dapat ditekan. Apalagi beberapa daerah di Trenggalek masuk kategori endemik, artinya muncul kasus saban tahun.
Baca Juga: Ribuan Warga Ponorogo Masuk DPTb Pemilu 2024, Ini Data KPU
Merujuk data kasus DBD di Trenggalek pada 2023 lalu, tercatat ada sebanyak 128 kasus yang tersebar hampir merata di 13 kecamatan di Trenggalek. Apalagi dalam rentang waktu itu, menelan satu korban jiwa di wilayah Kecamatan Bendungan.
“Kasus DBD di tahun 2023 kemarin ada satu orang meninggal dunia, usia dewasa warga Kecamatan Bendungan. Untuk tahun 2022 ada dua orang,” imbuhnya.
Dengan optimalisasi langkah pencegahan itu, pihaknya berharap tingkat kasus hingga fatalitas kematian akibat DBD dapat dicegah sedini mungkin. Sebab, pada musim hujan berpotensi menimbulkan banyak genangan-genangan yang membuat nyamuk penyebab DBD itu mudah berkembang biak.
Namun dengan langkah pemberantasan sarang nyamuk itu, telur-telur yang ada di tempat perkembangbiakan nyamuk bertelur bisa hilang termasuk jentik-jentiknya sehingga tidak menjadi nyamuk dewasa yang bisa menularkan penyakit DBD.
Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Mobil Pengepul Rosok di Tulungagung Terbakar