Keesokan harinya, orang tua korban memutuskan untuk membawa balita itu ke bidan tersebut. Kemudian oleh bidan itu disarankan agar membawa anaknya ke puskesmas.
“Sampai di rumah panas terus sampai malam, sekitar pukul 22.00 WIB kejang-kejang, panas tidak turun sampai pagi. Kemudian paginya sekitar pukul 05.30 WIB saya bawa ke bidan lagi dan dirujuk ke Puskesmas Pogalan,” ujarnya.
Warga Desa Gemblep Kecamatan Pogalan itu mengatakan, saat di puskesmas sang buah hati diberikan pengobatan dan diinfus, namun kondisinya sudah kritis. Oleh puskesmas setempat, balita tersebut langsung dirujuk ke RSUD dr Soedomo Trenggalek.
Baca Juga: Area Pasar Pon Trenggalek Disulap jadi Lokasi Pedagang Takjil Dadakan
Hingga akhirnya balita itu menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani perawatan satu hari satu malam. MAOR meninggal dunia pada Jumat (24/3) pagi.
“Imunisasinya tanggal 21 kemarin, sorenya panas. Kemudian di bawa ke bidan, diberikan obat penurun panas, kemudian saya bawa lagi ke bidan setelah panasnya tidak turun-turun dan dibawa ke puskesmas lalu dirujuk ke rumah sakit. Sampai rumah sakit anak saya sudah koma,” kata dia.
Imunisasi itu sebetulnya bukan pertama kalinya didapat sang buah hati. Saat imunisasi pertama dan kedua, Mukono menyebut anaknya juga mengalami kejadian serupa. Namun setelah mendapatkan perawatan, anaknya disebut sudah sembuh.
Baca Juga: Bupati Trenggalek Respons Polemik Penolakan Timnas Israel
Tetapi saat imunisasi yang ketiga kalinya, anaknya mengalami dampak perubahan kesehatan yang menurutnya tidak wajar.
“Kondisinya sehat. Memang anak saya lahir prematur lahir beratnya 1,9 kilogram. Setelah di rawat ya di rumah sakit itu sudah sehat. Dulu saat imunisasi sebelumnya juga panas, mencret, tapi tidak seperti saat ini. Sebelumnya tidak ada kejanggalan flu atau apa, setelah diimunisasi baru seperti itu,” jelasnya.