Selain grogi, Ki Suhendro Winarso ini mengaku minder menampilkan hiburan tradisional Jawa ini. Tetapi karena dorongan dari sang bapak akhirnya tampil kali pertama sukses. Awal yang baik ini membuatnya semakin dikenal dan sejak itulah kerap diminta untuk mendalang.
Kemampuan untuk mendalang berlanjut hingga usia dewasa dan menyandang sebagai aparatur sipil negara atau ASN. Kemampuannya terus terasah karena kerap diminta untuk manggung. “Waktu menjabat sekretaris camat sering mendalang. Bagi saya yang penting menambah jam terbang,†katanya.
Kepiawaiannya itu hingga kini masih tertancap. Meski sebagai ASN bukan hambatan untuk jadi dalang. Yang penting baginya bisa membagi waktu antara kerja dengan seni. Tapi karena status ASN inilah dia kerap melakukan antisipasi. Itu jika sewaktu-waktu ada panggilan mendadak dari bupati.
Antisipasi itu dilakukan dengan menawarkan dobel dalang. Dengan harapan ketika ada panggilan dinas, ada yang menggantikan. “Ada cerita dulu. Ketika mendalang ada panggilan dari bupati dan akhirnya menyanggupi. Untungnya ada yogo atau kru wayang yang bisa mendalang dan wayang berlangsung lagi. Keesokan harinya kepala desa mengadu karena desanya geger. Saya disuruh mendalang lagi,†ceritanya.
Menurutnya, selain bangga bisa melestarikan budaya, Suhendro juga senang bisa bertatap muka dengan warga. Menurutnya wayang bisa menjadi ajang komunikasi dan sosialisasi program pemerintah. (Koran Memo)
