Kesehatan

Selain Mencemari Lingkungan, Limbah Pemindangan Berdampak pada Kesehatan Warga

SEJAHTERA
  • Kamis, 2 Februari 2023 | 00:00
Bibit saat menunjukkan hasil rontgen anaknya (angga/memo)

Trenggalek, SEJAHTERA.CO- Selain mencemari lingkungan, limbah pemindangan di pesisir selatan Trenggalek juga berdampak pada kesehatan warga. Kondisi itu, salah satunya dialami oleh keluarga Bibit Trianto (43) warga Desa Margomulyo Kecamatan Watulimo. Bau menyengat dari limbah pemindangan itu ditengarai menjadi penyebab anaknya yang kala itu berusia 4 tahun terkena plek paru-paru.

“Keluarga saya menjadi korban dari dampak limbah pemindangan, anak saya yang nomor dua terkena plek paru-paru,” kata warga RT 14/RW 01 Dusun Margo itu saat mendatangi Kantor DPRD Trenggalek bersama sejumlah warga Watulimo lainnya untuk memprotes limbah pemindahan yang mencemari sungai di sekitar tempat tinggal mereka.

Vonis penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat itu, lanjut Bibit diperkuat oleh keterangan dokter di Trenggalek. Sebelumnya anak kedua Bibit yang kala itu berumur 4 tahun mengalami penyakit plek paru – paru. Hampir 9 bulan menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan di wilayah Tulungagung, anaknya pun dinyatakan sembuh.

“Namun setelah kami kembali ke rumah, beberapa bulan kemudian anak saya batuk-batuk, kadang berdahak kadang tidak. Saya bawa ke dokter Joko (salah satu dokter di Trenggalek) divonis terkena alergi paru-paru. Setelah saya ceritakan kondisi lingkungan tempat tinggal saya, disarankan untuk dibawa ke daerah pegunungan biar ada sirkulasinya,” kata Bibit.

Tanpa menunggu waktu lama, sang buah hati langsung diajak ke rumah neneknya yang ada di wilayah Kecamatan Kampak. Pasalnya dia tak tega melihat buah hatinya tersiksa dengan kondisi tersebut.

Beberapa waktu di rumah neneknya, kondisi kesehatan anaknya membaik seperti sediakala. Namun saat dibawa kembali ke tempat tinggalnya, penyakit anaknya kambuh kembali.

“Akhirnya saya membuat kamar khusus tanpa ventilasi, begitu ada bau yang menyengat anak saya langsung saya minta masuk ke kamar. Sebab kalau batuk, mesti tubuhnya panas (demam). Kalau musim hujan pas air mengalir di sungai tidak begitu bau, tapi saat kemarau baunya sangat menyengat sekali. Kalau anak saya yang pertama saya pondokan agar terhindar dari pencemaran lingkungan ini,” ujarnya.

Bibit bersama warga lainnya bukan sehari dua hari, sebulan dua bulan harus hidup berdampingan dengan bau busuk yang menyengat diduga akibat limbah pemindangan itu. Pasalnya tempat tinggalnya tak jauh dari dua anak sungai yang ditengarai tercemar akibat limbah pemindangan.

Sungai itu juga membelah permukiman warga di Desa Margomulyo dan sekitarnya. “Jadi ada dua sungai di depan dan belakang rumah, jaraknya sama-sama sekitar 5 meter. Kami sudah tak tahan lagi dengan bau itu,” pungkasnya.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya