Perempuan 44 tahun ini tidak ingin tanggung-tanggung untuk memberikan bumbu-bumbu pada masakannya. Karena itu, ia total memasukkan bumbu pada masakannya untuk memuaskan hati konsumennya.
“Biasanya kalau orang-orang lain itu kasih bumbu kadang maksimal atau sedikit-sedikit, saya tidak mau seperti itu. Kalau saya harus banyak atau pas dan enak,” kata ibu yang dikaruniai tiga orang anak ini.
Baca Juga: Rampung Pembekalan dan Pelatihan, Ratusan Personel Polisi RW Siap Diterjunkan ke Masyarakat
Wakini sudah menjalankan bisnis ini selama 11 tahun. Bermula karena suaminya Slamet terserang penyakit hernia dan membutuhkan operasi. Saat itulah dia memiliki ide untuk berjualan sesuai dengan kemampuannya.
“Waktu itu suami saya sakit, dan kebetulan kita punya tiga anak sehingga harus bekerja. Dan keahlian saya kebetulan memasak,” ujarnya.
Lalu apa yang menjadi alasannya menyuguhkan nasi empok? Wakini mengatakan nasi empok dirasa lebih laku untuk dijual di desa.
Dan ternyata masakannya itu mampu menghipnotis para pengunjung yang datang. Hingga akhirnya Wakini kewalahan dan mempekerjakan dua orang untuk membantunya memasak.
Baca Juga: Penghafal Alquran di Kabupaten Jombang Bakal Terima Insentif
“Kalau pertama dulu cuma sendirian saja karena pelanggan sudah mulai banyak saya gak bisa sendiri dan akhirnya mempekerjakan dua orang,” jelas Wakini.
Hingga saat ini, dalam satu hari mampu menghabiskan 300-400 porsi nasi empok. Atau jika dulu memproduksi 3-5 kilogram beras, kini hingga 50 kilogram.
