Citizen Journalist

Sri Susuhunan Pakubuwana XI, Miliki Falsafah Hidup “Tiji Tibeh” Yang Perlu Digaungkan Lagi, Apa Maknanya?

SANTOSO
  • Sabtu, 3 Februari 2024 | 08:51
Sri Susuhunan Pakubuwana XI adalah susuhunan Surakarta yang memerintah pada 1939 – 1945. (Istimewa)

Baca Juga: Depresi, Warga Blitar Kendat di Pohon Rambutan 

Dalam kontrak politik itu disebutkan bahwa Hangabehi bisa diturunkan dari kedudukannya jika ternyata tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam kontrak politik plus pemotongan anggaran belanja keraton secara drastis.

Pemerintahan Pakubuwana XI terjadi pada masa sulit, yaitu bertepatan dengan meletusnya Perang Dunia Kedua.

Ia juga mengalami pergantian pemerintah penjajahan dari tangan Belanda kepada Jepang sejak tahun 1942. Pihak Jepang menyebut Kasunanan Surakarta dengan nama Solo Koo.

Baca Juga: Jawa Timur Gagal Mencapai Final di Piala Soeratin U 13 Putaran Nasional, DKI Jakarta dan Kalimantan Timur Berebut Jawara

Pada masa pendudukan Jepang terjadi inflasi yang mengakibatkan keuangan keraton dan para bangsawan amat menderita.

Jepang juga merampas sebagian besar kekayaan keraton dan aset-aset Kasunanan Surakarta, hingga akhirnya Pakubuwana XI jatuh sakit.

Pakubuwana XI kemudian wafat pada 1 Juni 1945, ia digantikan oleh putranya yang masih berusia sangat muda sebagai Pakubuwana XII.

Baca Juga: Lima Pelajar Terlibat Pengeroyokan Ditangkap, Ini Kronologinya

Falsafah hidupnya: Pakubuwana XI sering mengemukakan falsafah hidup yang disebutnya Tiji Tibeh.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya