INSPIRASI

Suhendro Winarso, Kepala Disparbudpora yang juga Dalang Wayang Kulit

SEJAHTERA
  • Rabu, 28 September 2022 | 00:00

Suka Wayang sejak Kecil, Jadi Ajang Komunikasi Bersama Warga 

Tak banyak yang tahu jika Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Blitar Suhendro Winarso juga seniman. Warga asal Nglegok, Kelurahan Nglegok, Kabupaten Blitar ini juga dikenal sebagai dalang wayang kulit.

Sepintas perangainya tak jauh beda dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) lainnya. Setiap jam kerja, memakai seragam  kantor sesuai dengan tugasnya. Tapi di tengah kesibukannya, usai ngantor tak lupa dia mengasah kemampuannya dalam memainkan tokoh wayang. “Saya dari kecil memang suka dengan wayang. Sejak duduk di bangku sekolah dasar,” kata pria berpenampilan kalem ini. 

Ya, dialah Suhendro Winarso. Selain dikenal orang nomor satu di Disparbudpora Kabupaten Blitar, juga piawai memainkan tokoh wayang. Dunia wayang bagi Suhendro bukanlah hal baru. Dia masih ingat bagaimana mencintai kesenian wayang.  Maklum, sang ibu Muyati dulunya adalah sinden.

Selain itu, keluarga ibu atau pamannya juga ada yang dalang.  “Yang saya ingat, saya sama ibu memang suka menonton wayang. Bahkan ketika ada acara wayang di televisi tiap malam Minggu,” kata pria kelahiran 25 Mei 1976 ini. 

Suhendro menambahkan lagi, karena sering melihat wayang di televisi dan menonton di kampung, akhirnya kerap mengasah kemampuan mendalang. Awalnya  belajar otodidak. Hingga akhirnya pada 2007 dia memutuskan untuk belajar dalang.

Kecintaannya pada wayang sehingga menjadi dalang memang luar biasa. Bahkan ketika duduk di bangku kelas 2 SMAN 1 Blitar pada 1994 dia sempat tertidur ketika di kelas. “Itu terjadi saat ujian mata pelajaran Fisika. Ya gara-gara habis menonton wayang,” kata pria yang memiliki nama dalang Ki Suhendro Winarso ini.

Dia akhirnya full atau penuh belajar dalang usai kepergian ibunya pada 2007. Beberapa hari setelahnya dia diminta sang bapak  untuk belajar dalang. Akhirnya memutuskan belajar pada  Ki Dalang Bambang Endro Yuwono, kerabatnya di Ngantru, Kabupaten Tulungagung.

Dari dua bulan belajar kemampuannya mulai terasah. Hingga akhirnya diberi wayang   yakni Setiyaki dan Ratu Sabrang. Usai mendapatkan wayang, dia langsung mempraktikkan dengan mendalang dengan lakon bertajuk Wahyu Tunggal Nogo. Pentas kali pertama itu sempat grogi. Karena tampil di hadapan 40 dalang se-Kabupaten Blitar. “Sempat grogi. Karena kali pertama tampil di hadapan dalang lain,” katanya. 

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya