Ahmad Dany dan sejumlah siswa lain serta Agus Pramono, inilah yang berperan dalam pembuatan motor listrik. Agus Pramono yang juga kepala program keahlian teknik bisnis motor atau TBSM ini mengatakan awal mula menciptakan karena memang terdorong ingin inovasi.
Ini setelah ada kenaikan harga BBM. “Ini hasil karya siswa karena memang BBM kan mahal. Akhirnya sepakat membuat motor berbahan baterai,” kata Agus.
Baca Juga: Terekam CCTV Saat Bobol Warkop, Pria asal Karangwaru Ditahan di Polsek Kalangbret
Akhirnya disepakati untuk membuat motor listrik. Kali pertama yang dipikirkan yakni kerangka motor atau sasis. Karena baterai cukup berat, mau tidak mau chasisnya harus kuat dan kokoh. Sempat terpikirkan membuat chasis sendiri dari besi tetapi khawatir rusak.
Pucuk cinta ulam pun tiba. Ternyata di sekolah ada motor yang sudah tidak digunakan. Motor itu mesinnya sudah tidak ada karena dibuat praktik siswa.
Motor matik, Yamaha Mio keluaran 2006 yang menyisakan kerangkanya saja. “Akhirnya daripada bingung, kerangkanya memanfaatkan barang bekas milik motor matik dan ternyata cocok serta kuat,” katanya.
Baca Juga: Masuk Kediri Ternak Harus Punya SKKH
Usai disepakati, para siswa pun mulai merancang. Sasis pun diampelas hingga kelihatan baru lagi. Tetapi di tengah semangat membuat motor listrik, ternyata ada kendala. Penyimpan tenaga listrik atau baterai dan alat pengisi daya atau charger ternyata tidak dijual di Indonesia.
Motor dan baterai ada yang jual tetapi di Tiongkok. Sempat putus asa, akhirnya tetap disetujui untuk membeli meski harus dalam jaringan (daring) ata online. Sementara dana pembelian yakni dari pihak sekolah. “Baterai dan chargernya ada di Tiongkok. Beli online akhirnya,” jelasnya.
Baca Juga: Pedagang di Jombang Beberkan Alasan Konsumen Lebih Suka Beras Impor