Ekonomi

Suparno, Perajin Bedug, Bangga Bisa Lestarikan Budaya, Jelang Ramadan Pesanan Melonjak

SANTOSO
  • Senin, 20 Maret 2023 | 08:23
Sejumlah pekerja Suparno ketika menggarap bedug pesanan. (aziz/memo). (Koran Memo)

 Untuk bedug ukuran besar dirinya bisa meladeni. Tetapi  kadang pemesan kerap kaget. Karena semakin  besar tentu semakin mahal. Nah, ketika bahan baku kayu sudah tersedia, tinggal melubangi bagian tengah.

Baca Juga: Tenggelam di Sungai Brantas, Pencari Pasir Ditemukan di Kediri

Apalagi saat ini kayu nangka atau mahoni ukuran jumbo sudah jarang. Penggarapan harus hati-hati karena jika sembrono bakal rusak. Karena kadang bedug berasal dari kayu utuh. Selanjutnya tinggal pengeringan.

Tahap berikutnnya tinggal melubangi bagi ujung pinggir untuk dibuat pasak. Pasak ini untuk mengikat kulit sapi atau kerbau. Mayoritas kulit adalah sapi karena mudah mencari.

Untuk masa penggarapan juga tergantung ukuran. Untuk bedug  sedang membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 1 bulan. Untuk polosan atau motif, pengerjaannya cepat. Sementara kadang ada pemesan yang menginginkan bedug ada ukirannya.

Baca Juga: Pergantian Lini Tengah Persik Kediri Bawa Kemenangan

Seperti ukiran gambar masjid atau lainnya. Rata-rata ongkos untuk membuat bedug Rp 10 juta lengkap dengan pemukul atau tiang penyangga. "Pemesan selain dari Blitar ada pula Kediri hingga Tulungagung," katanya.

Nah, jelang Ramadan ini permintaan naik. Jika biasanya dalam sebulan menerima 2  unit, dalam beberapa bulan jelang Ramadan pesanan sampai 10 unit dalam sebulan. Karena sudah paham waktu banjir pesanan, dirinya memilih untuk membuat terkebih dahulu untuk stok.

Baca Juga: Hujan Disertai Angin Kencang, Sejumlah Rumah Warga Desa Jambok Jombang Rusak

Untuk produksi bedug, selain dirinya ada pula lima pekerja yang membantunya. Keahliannya pun berbeda-beda. Ada yang ahli menghaluskan, ada pula yang membuat pola atau ukiran.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya