Ekonomi

Harga Rp 14 Ribu Perkilogram, Petani Tomat Untung

SANTOSO
  • Jumat, 12 Januari 2024 | 21:06
Suasana di areal persawahan di Dusun Kedung Bokor. (istimewa)


Jombang, SEJAHTERA.CO - Petani tomat di Dusun Kedung Bokor Desa Genukwaktu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, merasa lega hati karena harga tomat melonjak Rp 12 ribu, menyebabkan kebahagiaan di kalangan petani, Jumat (12/1/2024).

Baca Juga: Wali Kota Madiun Terima Simbolis CSR Stunting

Pantauan di lokasi areal persawahan dengan hamparan luas tanaman tomat siap panen, terlihat petani sedang sibuk melakukan panen. Ada empat orang petani yang aktif memanen tomat, dan sebagian lainnya mengepak hasil panen untuk segera dikirim ke Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri.

Karmawan, Ketua Poktan Kedung Bokor Desa Genukwaktu, mengungkapkan bahwa kenaikan harga tomat ini dipicu oleh tingginya permintaan dari konsumen dan sejumlah tanaman tomat mengalami kegagalan panen akibat cuaca ekstrem.

Baca Juga: Jajaki Kerja Sama Trading Carbon dengan UINSA, Ini Keterangan Bupati Trenggalek

"Pada tahun ini, harga tomat sangat menguntungkan dan cenderung naik karena permintaan yang tinggi dari konsumen. Satu panen tomat bisa menghasilkan 2,5 hingga 3 kwintal yang siap dijual, biasanya di pasar Pare Kediri," katanya.

Karmawan menjelaskan, harga tomat saat ini berada di kisaran Rp 12 ribu untuk jenis tomat biasa, sedangkan untuk tomat super, harganya sekitar Rp 14 ribu di tingkat petani.

Baca Juga: Jemput Bola, Dispendukcapil Tulungagung: Ratusan Pelajar Direkam untuk KTP el

Harga yang baik ini memberikan keuntungan kepada petani tomat, meskipun menghadapi musim penghujan.

Sebelumnya, menurut Karmawan, harga tomat di tingkat petani berkisar Rp 9 ribu sehingga dengan kenaikan sekitar Rp 3 ribu menjadi Rp 12 ribu saat ini, petani tomat masih meraih untung.

Baca Juga: Dushub Tulungagung, Trayek Baru Bus Damri Melintasi JLS

Karmawan menyampaikan terima kasih karena petani tomat tidak mengalami kerugian meskipun di musim hujan.

Karmawan menekankan bahwa perawatan tomat dalam cuaca ekstrem ini dilakukan secara intensif, termasuk penyemprotan untuk mengatasi hama dan jamur, sehingga buah tomat dapat berbuah secara maksimal saat panen.

Baca Juga: Belasan Bencana Awal 2024, BPBD Kabupaten Ponorogo Waspadai Ancaman Longsor

"Kami berharap agar pemerintah dapat menjaga stabilitas harga tomat di pasar, sehingga petani tomat tidak mengalami kerugian. Biaya produksi cukup besar, mulai dari pembelian mulsa, lajaran, pupuk, pestisida, hingga pengharapan lahan dan bibit," ungkapnya.

Baca Juga: Lahan Produktif Terdampak Tol Kediri- Tulungagung, Dispetabun Kabupaten Kediri: Diperkirakan 100 Hektare Lebih

Terkait penjualan, Karmawan menuturkan bahwa hasil panen tomat biasanya dijual ke pasar Pare Kediri. "Kami berharap agar kondisi ini dapat berlanjut agar petani tetap mendapatkan keuntungan yang layak," pungkasnya.

Reporter : Taufiqur Rachman / Agung Pamungkas

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terkait

Berita Lainnya