INSPIRASI

Pengabdian Anggota Tim Satgas Bencana Polres Trenggalek, Tinggalkan Keluarga demi Misi Kemanusiaan 

SEJAHTERA
  • Senin, 24 Oktober 2022 | 00:00

Batin AKP Supadi anggota Satgas Bencana Polres Trenggalek tak jenak kala melihat hujan lebat yang terus mengguyur beberapa wilayah Bumi Menak Sopal dalam beberapa waktu terakhir. Feeling-nya tajam, pertanda buruk bakal segera terjadi. Sebelum mendapatkan perintah atasan, dia pun sudah mempersiapkan diri.

Bukan punya ilmu supranatural yang bisa menerawang masa depan. Tapi instingnya sudah dilatih untuk peka. Apalagi adanya rentetan seluruh peristiwa bencana alam akibat curah hujan yang kerap melanda di Trenggalek. Apalagi kalau bukan banjir dan tanah longsor yang seolah jadi bencana ‘musiman’.

Benar saja. Selasa (18/10) pagi, hujan yang tak kunjung reda menyebabkan wilayah perkotaan dilanda banjir bandang. Dia pun segera merapat bersama teman seperjuangan dari unsur kesatuan lainnya, seperti Basarnas, TNI hingga sejumlah relawan untuk menyelamatkan korban banjir.

Saat itu kondisinya parah. Sebanyak sekitar 8 ribu jiwa dari 29 desa atau kelurahan di lima kecamatan terdampak banjir. Ratusan rumah hingga fasilitas kesehatan dan area perkantoran pemerintahan tergenang. Dia pun bersama seluruh lapisan berjibaku untuk membantu warga mengungsi.

Satu per satu warga dihampiri untuk dievakuasi menggunakan perahu karet yang membelah banjir dengan kedalaman hampir 2 meter di beberapa titik. Proses itu pun tak sebentar. Karena saking banyaknya warga yang butuh dievakuasi ditengah keterbatasan prasarana.

Ditengah proses evakuasi itu, banjir kembali menerjang karena sungai-sungai banyak yang meluap akibat tak mampu membendung debit air bah dari kawasan pegunungan akibat hujan. Batinnya sedikit panik karena banyak warga yang masih terjebak banjir, sementara air kian meninggi seiring curah hujan yang terus mengguyur.

Dia pun bersama seluruh elemen lainnya menggedor tenaga bahu membahu bersama masyarakat. Hingga akhirnya seluruh masyarakat terdampak banjir bisa dievakuasi di posko-posko yang telah dibentuk.

Dingin, lelah, letih pun jadi satu. Karena tenaganya telah terkuras dalam beberapa kegiatan kemanusiaan itu. Belum lagi soal penanggulangan dampak bencana longsor.

Namun semua itu terbayar sudah ketika melihat senyuman para pengungsi. Dalam benaknya bersyukur bisa membantu menyelamatkan para korban terdampak banjir dari maut. Meskipun terkadang dia sendiri mengabaikan maut saat proses penyelamatan korban.

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Lainnya